Sambutan Ketua Dewan Murabi Wilayah Hidayatullah Gorontalo
OLEH : Ust. Drs. ABUBAKAR, MM
ADA 4 TANDA BAHWA ALLAH MENGHENDAKI KEBAIKAN KEPADA SESEORANG
ATAU KELOMPOK
Solit adalah nilai perjuangan organisasi dimana organisasi
seperti organ dalam tubuh apa saja yang disampaikan oleh singnal otak maka
bergeraklah instumen yang di perintahkan hal ini terjadi karena semua
terorganisir maka dalam mencapai semua agar terorganisir dengan baik dan benar
maka dalam pengaturuan tersebut harus berdasarkan waasan yang cerdas baik
secara intelektual emosional dan spiritual atar instrument yang di perintahkan
di kerjakan sesui dengan potensinya dengan itu maka apa saja yang dilakukan
merupakan nilai-nilai pada al qur’an dan sunnah.
Maka nilai spiritual yang sudah cercerahkan dengan mudah
merealisasikan enam nilai jati diri Hidayatullah
System matika wahyu yang didalamnya terdapat nilai akidah keislaman
tentang pentingnya mengenal rabb dan kesadaran antara kualitas dan kapasitas
yang bisa memposisikan keadaan Rabb dan makhluk itu diketauhi karena ada
wawasan tsakofah keislaman yang memadai dalam diri kader itu.
Dimana lahirnya organisasi merupakan integritas system wahyu
yang saling melengkapi tersambung dengan rapi, di Hidayatullah kita bukan hanya
di uji dengan harta, namun kekurangan merupakn konsumsi yang sering dan bahkan
harus dialami apatahlagi keluarga baik dari istri anak orang tua sepupu
kemenakan dan para paman serta bibik kita dengan bisikan -bisaikan negative
untuk meninggalkan perjuangan,
Maka yang perlu disegar-segarkan adalah niat kita para kader
ini perlu kesadaran diri untuk apa kita hadir dilembaga ini maka ibadah,
wawasan keilmuan, wawasan kelembagaan selalu menjadi teman dalam evaluasi diri
agar selalu dalam rel-rel yang semestinya di jalani agar selalu pada misi yang
akan dicapai.
Konsolidasi idiil merupakan cara pandang, cara pandang harus
mempunyai landasan, ilmu landasannya adalah al qur’an dan sunnah demikiannya
dengan organisasi secara spiritual dan organisasi telah berkorelasi
bersinergitas seperti sebuah sapu lidi, jika sapu lidi itu sendiri maka
kekuatannya tidak berpengaruh bakan ia akan patah tapi jika sapu itu
terorganisir dengan ikatan yang sangat kuat maka ia akan dapat menyelesaikan
halaman yang penuh dengan masalah sampah yang bersetrakan.
Tanda Allah tidak merdhoi kita ukurannya Ketika mendapatkan
amanah orientasinya materi bukan keridhoan Allah dan jika Allah tidak meridhoi
kita karena niat yang tidak ikhlas maka bencana akan Allah akan limpakan kepada
kita maka selalu diperbaiki ilmu, uman dan amal.
Maka kehadiran murobi sangat diharapkan selalu bersinergi dan
saling menguatkan yang menjadi satu kesatuan dalam pergerakan organisasi kita
dan rencana program ini dapat realisasikan.
1.
Diberi
Paham Terhadap Agamanya
Dalam sebuah hadis dari Muawiyah bin Abi Suf yan RA bahwasanya
Rasulullah SAW telah bersabda, "Barang siapa yang diinginkan kebaikan oleh
Allah, maka Allah pahamkan dia dengan agama." (HR al-Bukhari).
Paham dengan agama yang dimaksud dalam hadis terse but
tentu tidak instan atau asal jadi. Supaya bisa memahami agama harus melalui
proses belajar atau menuntut ilmu. Sebab itu, Rasulullah SAW bersabda,
"Menuntut ilmu (agama) merupakan kewajiban bagi setiap Muslim." (HR
Muslim).
Allah SWT berfirman, "Bacalah, dengan menyebut nama
Rabb-mu yang telah menciptakan." (QS al-'Alaq: 1). Ibnu Hajar dalam kitab
Fathul Baari berkata, "Mafhum hadis bahwa orang yang tidak ber-tafakkuh
fiddin, yakni tidak belajar kaidahkaidah Islam dan cabang-cabangnya maka sungguh
ia diharamkan kebaikan."
Maka, apabila Allah SWT menginginkan kebaikan pada
seorang hamba, Allah beri ia kemauan untuk mempelajari, mendalami, dan memahami
agama Islam. Bukan sekadar itu, Allah anugerahkan ia juga berupa kecerdasan dan
kemudahan dalam mempelajarinya. Sehingga, ia benar-benar paham.
Rasulullah SAW tidak menyebut
harta, pangkat, atau kedudukan sebagai tanda kebaikan yang diberikan oleh Allah
SWT kepada seorang hamba, melainkan paham terhadap aga ma. Karena di tangan
orang-orang yang paham agama segala apa yang dia miliki seperti
harta, pangkat, dan kedudukan serta kehidupan yang dia jalani akan bermakna dan
mendatangkan kebaikan bagi dirinya, baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Sebaliknya, di tangan orang yang tidak memahami agama,
maka harta, pangkat, dan kedudukan yang dimilikinya tidak memberi manfaat apa
pun untuk kebaikan dirinya, terutama untuk akhiratnya. Harta, pangkat, dan
kedudukan yang seharusnya menjadi ladang kebaikan untuk dirinya, justru
membuatnya semakin jauh dari Allah, sibuk dengan dunia, dan menjadi fitnah
(keburukan) bagi dirinya.
Namun, betapa banyak pula Muslim yang telah memahami
Islam, memahami adanya perintah dan larangan dalam Islam, tapi perbuatan dan
akhlaknya justru bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Betapa banyak umat
Islam yang memahami bahwa shalat itu suatu kewajiban, tapi hanya sedikit dari
umat Islam yang mau melaksanakannya.
Di sini kita menyadari bahwa kepahaman seseorang terha
dap Islam sebagai tanda Allah menginginkan kebaikan pada dirinya, harus diikuti
dengan amal saleh dan akhlak mulia. Islam sebagai rahmat bagi semesta alam
tidak akan tampak apabila sebatas pemahaman, tapi harus terimplementasi dalam
tindakan dan perbuatan.
Rasulullah SAW bersabda, "Yang paling sempurna
keimanan seorang mukmin adalah yang paling baik akhlaknya." (HR
at-Tarmidzi). Dalam kitab Madaarij as Saalikin, Ibnul Qayyim berkata,
"Agama ini semuanya akhlak. Siapa yang mengunggulimu dalam akhlak, maka ia
telah mengunggulimu dalam agama." Karena muara dari ilmu, akidah, dan
ibadah dalam Islam sebenarnya adalah akhlak.
2.
Diberikan kemudahan semangat beramal sholeh sebelum meninggal
Disebutkan dalam hadits
yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan lainnya, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إذا أراد الله بعبد خيرا استعمله قيل : ما يستعمله ؟ قال : يفتح له عملا صالحا بين يدي موته حتى يرضي عليه من حوله
Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba,
Allah jadikan ia beramal.”*
Lalu para sahabat bertanya,
“Apa yang dimaksud dijadikan dia beramal?”*
*Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dibukakan untuknya amalan shalih
sebelum meninggalnya sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya ridha
kepadanya.”*
Dishahihkan oleh Syaikh
Al-AlBani dalam shahih Jami’ no 304.
Allah bila kehendaki
kebaikan pada seorang hamba, Allah akan beri Kemudahan baginya untuk memahami
tauhid, dan menjauhi kesyirikan
Menegakkan Sunnah, dan menjauhi Bid'ah, Mudah
dalam melakukan shalat lima waktu di masjid tepat waktu Mudah dalam melakukan
puasa Sunnah, Gemar untuk sedekah, Dan amalan Soleh lainnya Dan bila Allah
kehendaki kebaikan, Dia akan mensucikannya, dari dosa dosa nya, sebelum wafat
nya Hingga ia wafat dalam keadaan iman, dan istiqamah melakukan ketaatan
Sesungguhnya amalan, itu
tergantung di akhir amal hidupnya Siapa saja orang orang yang di kehendaki
Allah kebaikan*
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
(Bahasa Indonesia)
*Barangsiapa mengerjakan
kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.*
-Surat An-Nahl, Ayat 97
Di akhirat, akan di berikan
lebih baik dari amalan nya, yaitu surga yang penuh kenikmatan
Hukuman di percepat
di dunia, jika Allah kehendaki ia kebaikan
Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ أَوْ الْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَفِي مَالِهِ وَفِي وَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ
“Senantiasa ujian itu
menerpa mukmin atau mukminah pada jasadnya, harta dan anaknya sampai ia bertemu
dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.”*
(HR. Ahmad dan At-Tirmidzi,
dishahihkan oleh Al-Albani).
Nabi dan para sahabat nya,
ujiannya begitu besar, di dunia, karena sejatinya Allah kehendaki kebaikan,
agar bertemu dengan Allah dalam keadaan suci Sahabat nabi sebelum wafatnya di
bunuh yaitu Umar, Utsman dan Ali, salah satu contoh ujian dari Allah Seseorang
di dunia, terlihat buruk, dengan tato dll, belum tentu matinya dalam keadaan
suul khotimah, bisa jadi Allah kehendaki kebaikan pada nya Sehingga meninggal
keadaan Khusnul khatimah Di larang memandang remeh terhadap kaum muslimin, yang
kurang baik di waktu sekarang nya, bisa jadi di akhir
hayatnya, dia di kehendaki Allah kehendaki kebaikan, sehingga matinya dalam
keadaan Khusnul khatimah
Dan ingat, orang yang
banyak maksiat, namun Allah tidak timpakan dia kesengsaraan, itu Allah beri
tangguh sementara di dunia yaitu ISTIDRAJ
Kelak di akhirat, Allah akan siksa di api
neraka (waliyyadzubillah)
3. Dijadikan
Pribadi yang lemah lembut
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka…” (Qs Ali Imran 159)
Kata kunci dari surah Ali Imran ayat 159 di atas
ialah ‘rahmat’ Allah. Rahmat yang secara etimologi berarti kasih sayang Allah,
meliputi segala yang ada di langit dan bumi. Dengan rahmatNya, Allah
menciptakan bumi dengan segala isinya untuk khaliifah fil ardh dan untuk semua
makhluk yang mendiami bumi.
Jika bukan dengan rahmatNya tersebut, kita takkan
pernah bisa bertahan di bumi dalam kondisi yang kosong tanpa isi. Dengan
rahmatNya pula, Dia mengirimkan seorang Nabi, pembawa risalah suci, pengubah
jahiliyah menjadi islami, dengan segala kesabaran dan keteguhan hati yang ia
miliki, Rasulullah Saw yang perjalanan dakwahnya yang diawali dengan jalan
terjal berupa penolakan dan cacian, tak lantas membuat Al-Amiin ini berputus asa dari rahmatNya.
Bersabar selama puluhan tahun di Makkah dan
belasan tahun di Madinah, membuat perjalanan dakwah yang sebelumnya dihujani
penolakan bahkan usaha untuk membunuh beliau, berangsur-angsur berbuah manis.
Tak heran jika Michael H Hart dalam bukunya The 100 a
Ranking of The Most Persons in History menilai Nabi Muhammad sebagai tokoh yang paling
berpengaruh sepanjang sejarah manusia.
Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang
yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal sprititual dan
kemasyarakatan. Hart mencatat bahwa Muhammad mampu mengelola bangsa yang
awalnya egois, barbar, terbelakang, terpecah belah oleh sentiment kesukuan
menjadi bangsa yang maju dalam bidang ekonomi, kebudayaan, dan kemiliteran,
bahkan sanggup mengalahkan pasukan romawi yang saat itu merupakan kekuatan
militer terdepan di dunia dalam pertempuran.
Semua hal di atas bukan disebabkan Nabi Muhammad
kuat secara ekonomi, yang kita tahu Nabi Muhammad hidup sebagai seorang yang
paing sederhana yang diriwayatkan dalam sebuah hadits manakala beliau tidak
menemukan makanan, maka hari itu beliau ikhlas berpuasa karena Allah. Bukan
juga kekuatan secara fisik semata. Namun, kekuatan itu bersumber dari
kelembutan hati beliau sebagai bukti rahmat Allah yang dianugerahkan kepadanya.
Lanjutan Qs Ali Imran di atas, seandainya saja
Rasulullah berlaku keras lagi kasar, maka tentulah orang-orang kafir akan
menjauh dari beliau dan tentu saja, amanat Allah untuk menjadikan islam sebagai
agama rahmat bagi seluruh alam, tidak akan pernah berhasil. Tentang kekerasan,
Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mengutusku bukan untuk melakukan
kekerasan, tapi untuk mengajar dan memberikan kemudahan,” (HR Ahmad) atau dalam
hadits lain, “Sesungguhnya Allah Maha Lemah Lembut.
Melalui kasih sayang Allah akan banyak
mendatangkan hal positif, tidak seperti halnya kekerasan,” (HR Muslim) Ada
contoh sederhana dan semoga kita dapat belajar dari teguran Rasulullah untuk
Aisyah.
Suatu hari, beberapa orang yahudi bertandang ke
kediaman Rasulullah, lalu mereka mengucapkan salam namun diplesetkan menjadi
“Assamu ‘Alaikum,”, maka, dengan geram Aisyah menjawab, “Alaikum wa La’anakumullah wa
Ghadiballahu Alaikum) yang artinya semoga laknat dan murka Allah
menimpa kalian. Lalu, Rasulullah Saw pun menegur, “Berlaku lemah lembutlah
wahai Aisyah, janganlah berkata keras lagi kasar,” (HR Bukhari)
4.
Jika Allah menghendaki kebaikan seseorang/kelompok maka Allah
memberi cobaan
Pada
hakikatnya ujian mencerminkan kasih sayang dan keadilan Allah SWT pada
hamba-hamba-Nya yang beriman. Allah SWT 'tidak rela' menimpakan azab yang tidak
terperi sakitnya di akhirat kelak, hingga Ia menggantinya dengan azab dunia
yang 'sangat ringan'. Dalam perspektif seperti ini, musibah berfungsi sebagai
penggugur dosa-dosa.
Jadi, semakin Allah cinta pada seseorang, maka ujian yang
diberikan padanya bisa semakin berat. Karena ujian tersebut akan semakin
menaikkan derajat dan kemuliaannya di hadapan Allah. Orang yang paling dicintai
Allah adalah para Nabi dan Rasul. Mereka adalah orang yang paling berat menerima
ujian semasa hidupnya.
Ujian mereka sangat berat melebihi ujian yang diberikan kepada
manusia lainnya. Contohnya Nabi Ayub AS. Allah SWT mengujinya dengan kemiskinan
dan penyakit yang sangat berat selama berpuluh-puluh tahun, tapi ia tetap
sabar.
Setelah
para Nabi dan Rasul, orang yang ujiannya sangat berat adalah para shalihin dan
para ulama. Demikianlah secara berurutan, hingga Allah SWT menimpakan ujian
yang ringan kepada orang-orang awam, termasuk kita di dalamnya. Yang pasti,
ketika setelah seseorang mengikrarkan diri beriman, maka Allah akan menyiapkan
ujian baginya.
Dalam Alquran tertulis janji Allah, ''Apakah manusia itu mengira
bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, lantas tidak
diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang
yang dusta'' (QS Al Ankabut: 2-3).
"Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia
menyegerakan hukuman di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya,
maka Dia menahan hukuman kesalahannya sampai disempurnakannya pada hari
Kiamat'' (HR Imam Ahmad, At Turmidzi, Hakim, Ath Thabrani, dan Baihaqi).
Suatu ketika seorang laki-laki bertemu dengan seorang wanita
yang disangkanya pelacur. Dengan usil, lelaki itu menggoda si wanita
sampai-sampai tangannya menyentuh tubuhnya. Atas perlakuan itu, si wanita pun
marah. Lantaran terkejut, lelaki itu menoleh ke belakang, hingga mukanya
terbentur tembok dan ia pun terluka. Pascakejadian, lelaki usil itu pergi
menemui Rasulullah dan menceritakan pengalaman yang baru saja dialaminya.
Rasulullah SAW berkomentar, ''Engkau seorang yang masih dikehendaki oleh Allah
menjadi baik''. Setelah itu, Rasul mengucapkan hadis yang diriwayatkan oleh
Abdullah bin Mughaffal.
Dalam riwayat At Turmidzi, hadis itu disempurnakan dengan lafadz
sebagai berikut, ''Dan sesungguhnya Allah, jika Dia mencintai suatu kaum, Dia
menguji mereka. Jika mereka ridha, maka Allah ridha kepadanya. Jika mereka
benci, Allah membencinya''. Kecintaan Allah kepada hamba-Nya di dunia tidak
selalu diwujudkan dalam bentuk pemberian materi atau kenikmatan lainnya.
Kecintaan Allah bisa berbentuk musibah.
Musibah yang ditimpakan Allah kepada manusia dapat dilihat dari
empat perspektif. Yang pertama, sebagai ujian dari Allah. Kedua, sebagai
tadzkirah atau peringatan dari Allah kepada manusia atas dasar sifat
Rahman-Nya. Ketiga, sebagai azab bagi orang-orang fasiqin, munafiqin, ataupun
kafirin. Kalau ia menemui kematian dalam musibah tersebut, maka ia mati dalam
keadaan tidak diridhai Allah. Dalam konteks hadis ini, musibah, biasanya
sesuatu yang menyakitkan, dapat dilihat sebagai ujian.
0 Komentar