Tausyiah Nikah Mubarak Hidayatullah, Ini Pesan Ketua MUI Gorontalo


Ditengah kesibukannya yang cukup padat, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Gorontalo KH. Habib Abdurrahman Abubakar Bahmid meluangkan waktu menghadiri acara Nikah Massal Mubarak 3 Pasang Santri Pondok Pesantren Hidayatullah Gorontalo, Sabtu (15/7/2023).

Pada kesempatan tersebut, alumnus Universitas Al Azhar Mesir ini juga sekaligus didapuk menyampaikan khutbah nikah di hadapan ratusan undangan dan hadirin.

Mengawali tausyiahnya KH. Bachmid mengapresiasi gelaran tradisi nikah massal Hidayatullah. Bahkan ia mengaku telah cukup lama mengikuti perkembangan kultur tersebut.

"Menikah ala Hidayatullah ini mungkin bagi sebagian orang dianggap unik,  tapi ini sudah cukup lama. Dulu saya waktu membaca majalah Suara Hidayatullah tahun sembilan puluhan agak terheran-heran melihat berita pernikahan mubarak di Hidayatullah," katanya.

KH. Bachmid memuji pernikahan massal mubarak Hidayatullah karena menurutnya memuat dimensi penjagaan terhadap nilai nilai luhur Islam.

"Masya Allah ada nikah sepertia begini.  Pasangannya agak banyak dan pisah antara laki-laki dengan perempuan, karena itulah ini tidak biasa," katanya.

Lebih jauh KH. Bachmid menyampaikan bahwa menikah itu bukan sekedar menyatukan fisik walaupun itu juga  penting. Lebih dari itu, menikah memiliki muatan sakralitas yang berorientasi dunia akhirat.

"Kenapa menikah di Hidayatullah itu sampai diatur, karena salah satunya adalah ini pernikahan para aktivis dakwah. Bayangkan kalau mereka menikah tapi tidak mendapatkan pasangan yang tidak sevisi pasti tidak nyaman karena yang satu mau berdakwah yang satu tidak siap berdakwah," kata KH. Bachmid.

Beliau juga menyampaikan keperihatinan terhadap kerusakan moral di kalangan anak muda saat ini. Belum lagi problem pergaulan bebas yang bisa memapar generasi muda jika tak punya imunitas iman yang cukup.

"Kita jangan dulu cerita pacaran karena itu hampir menjadi fenomena bagi semua kalangan sekarang. Yang tak kalah mencemaskan, saat ini fitnah laki-laki dengan laki-laki tidak kalah dahsyat dan itu sangat menakutkan karena tidak berjalan secara normal dan alami," imbuhnya.

Gejala tersebut menurut KH. Bachmid tak boleh dibiarkan, sehingga perlu ada upaya sistematis agar gaya hidup bebas nilai tersebut bisa dibendung bahkan jika bisa dinegasikan.

"Kerusakan itu dilakukan secara massif dan sistematis dibiayai dengan biaya besar dan rencanakan oleh kelompok global untuk mempromosikan LGBT," katanya mengingatkan.

Karenanya, lanjut KH. Bachmid, perlu adanya kemudahan akses bagi para pemuda dan pemudi yang sudah usia matang untuk menikah. Karena, salah satu penyebab orang sulit menikah dan sampai hamil di luar nikah adalah tingginya nilai tawar budaya masing-masing daerah yang harus disesuaikan oleh pihak laki-laki.

"Namun bukan berarti menikah dengan mengikuti budaya tidak diperbolehkan. Boleh saja, tapi selayaknya orangtua memudahkan pernikahan anaknya ketika yang datang melamar bagus agama dan moralnya," katanya berpesan.

Alhamdulillah dengan cara-cara seperti ini, terang KH. Bachmid, Hidayatullah telah turut memudahkan pelaksanaan sunnah nabi dan juga mencegah kerusakan moral."Semoga bisa terus dilestarikan," imbuhnya menandaskan*/

WALIMIN BOMBANG